Selasa, 09 April 2013

reakita anak jalanan


Tanpa disadari kehidupan anak jalanan mulai tak diperhatikan seiring dengan rusaknya sistem pemerintahan yang diberlakukan saat ini. Hal ini menjadi sorotan berbagai macam media,dari media cetak maupun elektronik. Kehidupan anak jalanan mulai terabaikan, padahal telah diatur dalam undang-undang tentang pemeliharaan anak-anak terlantar serta fakir miskin. Dengan dasar tersebut perlu perhatian khusus dari pemerintah untuk menangani kasus-kasus seperti ini. Dengan pelaksaan ini maka tindak kejahatan dan penganiayaan bagi anak-anak terlantar bisa dikurangi serta membentuk karakter anak jalanan agar hidup lebih baik.
Manusia mempunyai mimpi yang indah, seperti hidup yang berkecukupan, apa yang dicita-citakan menjadi nyata, dan lain-lain mimpi indah yang diinginkan oleh manusia. Tapi itu wajar, manusia memiliki sikap yang terkadang egois, mau menang sendiri, merasa benar, tak ingin bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan. Tetapi cobalah tengok saudara-saudara kita yang ada diluar sana, jauh dari harapan dan mimpi-mimpi. Inilah tugas para petinggi-petinggi yang duduk dikursi pemerintahan untuk menyelesaikan kasus atau bisa disebut fenomena-fenomena kehidupan ini.
Namun ditengah kondisi Negara yang tengah dihantam krisis ekonomi yang membuat sebagian orang bingung karena keadaan ini, masih dapat kita lihat anak-anak jalanan yang seharusnya mereka menuntut ilmu demi cita-cita mereka harus mengubur dalam-dalam mimpi mereka demi sesuap nasi. Inilah fenomena yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bias kita temukan di perempatan lampu merah, ada juga yang mendatangi satu rumah ke rumah yang lain. Hal itu mereka lakukan demi mencukupi kehidupan mereka sehari-hari, demi untuk sesuap nasi mereka mengorbankan semuanya.
Bagi kita, remaja yang memiliki orang tua berkecukupan, tentu kehidupan ini bisa dilalui dengan indah. Apalagi yang bisa mengecap ?nikmatnya? bangku sekolah.
Selain bisa mendapatkan pendidikan sebagai bekal masa depan, kita juga bias merasakan romantika remaja di sekolahan. Kata sebagian orang sih, nantinya kenangan yang paling dikenang adalah masa-masa indah di sekolah
Namun bagaimana mereka yang tidak bisa mengenyam kehidupan yang menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita begitu banyak remaja yang orang tuanya tak mampu, bahkan tidak punya sama sekali. Seperti dikutip dalam kompas(2010) Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di dekat masjid Almarkaz Al Islami, belum lama ini. Kehidupan lelaki tangguh berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa kini yang benar-benar berbeda. Hari-hari Sapri lebih banyak dihabiskan di jalanan. Tak ada waktu untuk ikut meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko distro dan berburu pakaian model terbaru. Sapri juga tak melanjutkan sekolah sehabis tamat SD. Alasan ekonomi katanya. Karena itu, Sapri pun terjun ke dunia kerja. Waktunya tersita untuk bekerja dan mengumpulkan rupiah. Tak ada euforia berlebihan dan warna-warni kehidupan remaja masa kini di dirinya. Matanya nanar ketika menceritakan itu.
Dalam hal ini siapa yang salah? Ini menjadi sebuah pertanyaan yang besar, seharusnya anak jalanan atau orang tak mampu itu memang urusannya negara. Namun dinegara kita tak mungkin berharap untuk itu dibeberapa daerah sudah banyak lembaga swadaya yang melakukan bakti sosial untuk anak-anak jalanan, menyekolahkan mereka, atau mengajari membaca dan banyak kegiatan keterampilan lainnya dengan tujuan agar nantinya anak-anak ini siap untuk bisa terjun kedunia kerja dengan modal keterampilan yang dipelajari. Namun ada yg berhasil namun banyak juga yang tidak, karena mereka tak ingin terikat sudah merasa enak hidup bebas tanpa aturan. Ini yang menjadi sorotan kita bersama, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membantu mereka.
Dari uraian di atas bisa memberikan pemikiran untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul disekitar kita. Semoga pemikiran ini dapat menjadi gagasan untuk hidup yang lebih baik lagi
Namun bagaimana mereka yang tidak bisa mengenyam kehidupan yang menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita begitu banyak remaja yang orang tuanya tak mampu, bahkan tidak punya sama sekali. Seperti dikutip dalam kompas(2010) Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di dekat masjid Almarkaz Al Islami, belum lama ini. Kehidupan lelaki tangguh berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa kini yang benar-benar berbeda. Hari-hari Sapri lebih banyak dihabiskan di jalanan. Tak ada waktu untuk ikut meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko distro dan berburu pakaian model terbaru. Sapri juga tak melanjutkan sekolah sehabis tamat SD. Alasan ekonomi katanya. Karena itu, Sapri pun terjun ke dunia kerja. Waktunya tersita untuk bekerja dan mengumpulkan rupiah. Tak ada euforia berlebihan dan warna-warni kehidupan remaja masa kini di dirinya. Matanya nanar ketika menceritakan itu.
Dalam hal ini siapa yang salah? Ini menjadi sebuah pertanyaan yang besar, seharusnya anak jalanan atau orang tak mampu itu memang urusannya negara. Namun dinegara kita tak mungkin berharap untuk itu dibeberapa daerah sudah banyak lembaga swadaya yang melakukan bakti sosial untuk anak-anak jalanan, menyekolahkan mereka, atau mengajari membaca dan banyak kegiatan keterampilan lainnya dengan tujuan agar nantinya anak-anak ini siap untuk bisa terjun kedunia kerja dengan modal keterampilan yang dipelajari. Namun ada yg berhasil namun banyak juga yang tidak, karena mereka tak ingin terikat sudah merasa enak hidup bebas tanpa aturan. Ini yang menjadi sorotan kita bersama, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membantu mereka.
Dari uraian di atas bisa memberikan pemikiran untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul disekitar kita. Semoga pemikiran ini dapat menjadi gagasan untuk hidup yang lebih baik lagi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar